Sunday 29 November 2015

Landscape photography : sedikit pendekatan

Entah kenapa saya seneng banget sama yang namanya landscape. Jenis fotografi ini selalu mengingatkan kita atas kebesaran Allah SWT dan selalu membuat kita bersyukur kita masih bisa menghirup udara pagi yang sejuk disertai lukisan cahaya karya-Nya. Semoga kita selalu diberikan rahmat dan berkah dari-Nya.
the dancing flower
the dancing flower
A good photograph is knowing where to stand. – Ansel Adams

Well, kalau menurut saya fotografi landscape itu adalah jenis fotografi yang paling susah, sekaligus paling mudah…lho? :D . Dibilang mudah karena Landscape itu ada di sekitar kita, dapat dilihat dengan mudah. TAPI, ada perbedaan yang sangat signifikan antara fotografi landscape “postcard” atau “kalender” dan Fotografi Landscape “Fine Art “. Kebanyakan orang berfikir bahwa fotografi landscape tidak membutuhkan effort yang besar. Arahkan kamera ke view yang luas, mencoba memasukan seluruh elemen yang dia lihat, tekan shutter, maka jadilah foto landscape yang membosankan; tidak ada perasaan dan emosi dari sang fotografer.
Sedangkan pada fine art landscape, sang fotografer tidak kalap diri. Ia sadar bahwa angin, batu, gunung, pohon, rumput adalah Landscape. TAPI, ia tahu bahwa tugas dia adalah mengisolasi elemen yang paling penting dan mewakili dari seluruh elemen yang ada ( jadi inget pelajaran majas bahasa..apa ya namanya?). Ia memilih elemen – elemen yang memperkuat POI (point of interest) dan tidak memasukan unsur yang memperlemah POI sebagus apapun elemen itu.
Inilah yang banyak menjadi kesalahan para turis pemula. Mereka terlalu banyak memasukan elemen yang tidak perlu ( tapi mereka pikir itu perlu) dalam foto landscape mereka.
dsc_3354_filtered
Langkah awal untuk mendalami fotografi landscape adalah menentukan secara secara tepat karakter dari landscape itu sendiri….mendefinisikan alam sebagai rasa tersendiri, secara subjektif. Ansel adams menyebut ini sebagai ” the personal statement”. Tidak ada aturan dalam hal ini. Bisa saja berupa pemandangan indah di ciwidey, bromo, cikoneng. Atau hanya permainan cahaya dan bayangan, tumpukan daun, gemercik air. Dalam hal ini, landscape bersifat sebagai benda yang statis dan tidak akan berubah dalam waktu beberapa menit. Jadi kita bisa membayangkan seperti apa jadinya foto kita nanti. Karena cara kerja mata dan lensa adalah berbeda..yaitu antara subjektif dan objektif. Ansel menyebut ini ” previsualization”. Membayangkan foto yang akan diambil dan mengantisipasinya bahkan sebelum memegang kamera…
Both the grand and the intimate aspects of nature can be revealed in the expressive photograph. Both can stir enduring affirmations and discoveries, and can surely help the spectator in his search for identification with the vast world of natural beauty and the wonder surrounding him. – Ansel Adams
http://www.wiranurmansyah.com

No comments:

Post a Comment