Sunday 29 November 2015

Dampak Negatif Poligami Islam Bagi Isteri Dan Anak

Sebuah media cetak memberi judul di artikel, “Perempuan Dipoligami Lebih Banyak Alami Kekerasan daripada Kebahagiaan.” Benarkah demikian?
Poligami ibarat “makan buah simalakama” bagi wanita Muslim. Jika keberatan dipoligami, dia akan disebut wanita yang tidak tunduk pada suami. Sebaliknya, jika ia bersedia dipoligami, maka dia harus rela berbagi dengan wanita lain.
"Realitas kehidupan perempuan yang dipoligami cenderung lebih banyak mengalami kekerasan daripada kebahagiaan."  Demikian Prof Tri Lisiani mengatakan seperti yang dikutip detikcom dari pidato pengukuhan guru besar hukum perdata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah (20/11/2013).

Dampak Poligami Terhadap Anak

Poligami tidak hanya berdampak negatif bagi isteri, tetapi juga anak. Pada dasarnya semua anak berharap memiliki keluarga yang ideal. Satu ayah dan satu ibu. Hadirnya keluarga lain dalam kehidupannya, dapat memacu rasa cemburu, marah, sedih, dan kecewa.
Perhatian ayah yang terbagi untuk keluarganya yang lain, menyebabkan anak kurang kasih sayang. Sedangkan bagi anak perempuan, tidak menutup kemungkinan poligami yang terjadi terhadap orang-tuanya meninggalkan rasa trauma terhadap perkawinan dengan pria.

Poligami Bukan Jalan Keluar Terbaik

Sebagian pria Muslim menganggap poligami baik, selama mereka dapat berlaku adil. Al-Quran mengajarkan, “. . . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3).
Namun pernikahan tidak hanya menuntut keadilan materi. Tapi juga waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang. Sehingga sulit dipercaya, seorang pria yang mempunyai dua, tiga, bahkan empat keluarga, dapat memimpin keluarganya secara adil.
Melihat dampak negatif yang timbul akibat poligami, baik terhadap isteri terutama bagi anak. Maka poligami bukan jalan keluar terbaik dari masalah keluarga. Dampak negatif tersebut akan muncul, walau seadil apapun suami terhadap keluarga-keluarganya.

Injil Menghindari Poligami

Ketika pria dan wanita berdiri di hadapan Allah dan mengucapkan janji suci pernikahan. Maka Allah telah menyatukan mereka. “Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Injil, Rasul Markus 10:8).
Allah maha tahu. Tentu Ia mengetahui pernikahan yang didalamnya terdapat dua wanita atau lebih tidak mungkin disatukan. Inilah alasannya mengapa, ketika untuk pertama kalinya Allah menciptakan pernikahan, Ia hanya menjadikan satu Hawa bagi Adam. Agar keduanya dapat menjadi satu.

Keluarga dan Lingkaran Kasih Kristus

Keluarga yang ideal adalah keluarga yang saling mengasihi. Sebagaimana Kitab Allah mengatakan, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan . . . Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Injil, Surat Efesus 5:22, 25).
Lingkaran kasih ini hanya bisa didapat ketika suami mengerti akan cinta Tuhan. Cinta ini dinyatakan-Nya dalam diri Isa Al-Masih. Suami yang mempunyai kasih Isa Al-Masih dalam dirinya, dapat menyatakan kasih tersebut terdahap isteri dan anaknya. Juga isteri dapat mengasihi suami dan anaknya, dan anak terhadap orang-tuanya. Sehingga dalam keluarga tersebut terdapat lingkaran kasih.
http://www.isaislamdankaumwanita.com

No comments:

Post a Comment