Sunday 29 November 2015

15 Tips Fotografi Landscape

“Landscape photography is the supreme test of the photographer – and often the supreme disappointment. ” –Ansel Adams
Jenis fotografi ini sebetulnya 90% cuma butuh berada di tempat dan waktu yang tepat.
Itulah makanya motret landscape memang harus sabar dan istiqomah. Sisanya tinggal klik, jadi deh!
Tapi, terkadang banyak sekali hal kecil yang terlupa saat memotret.
Saya akan coba mengingatkan hal-hal tersebut dibawah ini. Silakan disimak sambil ngopi :)

1. Pilih langit atau daratan?

Mari memilih. Mana yang lebih bagus? Langit? atau daratan?
Pilihlah keduanya, ambil setengah daratan dan setengah langit. Maka foto anda akan terkesan datar, mendua, walaupun mungkin saat itu langit menggelora.
Jangan serakah, tonjolkan kekuatan dan biarkan saja kelemahan.
Saat sunset atau sunrise langit memang akan sangat menggoda. Tetapi tetap ingatlah aturan klasik rule of third.
Sebagai rule of thumb, berikan bagian yang ingin ditonjolkan sebanyak 2/3 dari frame.
Tapi, ingatlah aturan ini tidak semerta-merta menjadikan foto anda bagus. Gunakan visi anda sendiri saat memotret. Sudah tahu aturannya? Kalo begitu sekarang waktunya untuk dilanggar :)

Di foto ini saya memilih daratan, eh lautan untuk lebih ditonjolkan hehe.
Saya mundur sedikit, dan mengambil langitnya.
Boleh dong melanggar aturan? Toh langit dan bumi sama bagusnya, dalam artian yang sebenarnya, refleksi. Ini di belakang rumah saya.
Komposisi ‘dead center’. Emang siapa yang ngelarang? :D

2. Cari ‘Titik Fokus’

Bukan, bukan lokasi tempat kita mengarahkan fokus pada lensa.

Focal point adalah perahu putih. Gili Laba, TN Komodo.

Tapi lebih ke titik dimana mata penikmat foto pertama kali akan tertuju, berhenti, baru kemudian menjelajah seisi area foto.
Tidak hanya foto landscape, menurut saya hampir segala jenis foto memerlukan hal ini, jika tidak maka foto di-skip aja deh hehe!
Focal point bukannlah POI ( point of interest ), tapi POI juga bisa menjadi focal point. Justru focal point yang akan menjadi titik awal untuk mengeksplorasi POI.

Focal Point adalah orang yang sedang bergerak. Pantai Sengigi.

4. Jangan lupakan Foreground

Tidak kalah penting dengan background, foreground bisa menjadikan foto kita lebih berdimensi.
Ada sensasi kedalaman dari foto kita jika kita memilih memposisikan foreground dengan benar.
Seringkali foreground menjadi focal point dan POI dari foto landscape kita.
Bahkan, menurut saya foto landscape tanpa foreground itu bagai sayur gak pakai garam!

Foreground bisa berupa apa saja, foto ini foreground berupa bebatuan
Juga bisa pakai ranting….
Hingga rumput juga boleh, apapun bisa menjadi foreground. Tinggal kita jeli melihat dan mengolahnya.
Laptop juga boleh…. *ditimpuk*

5. Gunakan Tripod

Barang yang satu ini memang dilema. Dibawa berat, ditinggal nanti menyesal.
Tapi lebih baik sedikit menambah beban, daripada menyesal pas sampai rumah.
Oh iya, gunakan juga cable release atau self timer bersama mirror lock up agar kamera benar-benar tidak goyang. (tanya mas google kalo gak tahu hehe)
Karena saat kita menekan shutter pun kamera bisa ikut sedikit berguncang.

Malu kalo keliatan muka :3

6. Maksimalkan Depth of Field (DoF)

Foto landscape pada umumnya tajam dari ujung ke ujung.
Maka dari itu seringkali kita menggunakan aperture f/8 kebawah, bahkan seringkali f/22
Pergunakan prinsip hyperfocal distance untuk diafragma optimal yang tergantung kondisi. Agar tidak selalu di posisi minumum, karena pada posisi tersebut hasil foto akan cenderung soft.

Ruang tajam yang lebar

7. Tangkap gerakan alam

Mungkin sebagian orang berfikir foto landscape adalah foto yang tenang, damai, kalem…
Tapi kita bisa menambahkan sedikit “drama” pada foto landscape kita. Dapat berupa ombak di laut, pohon yang tertiup angin, awan yang berjalan, dsb.
Dalam menangkap gerakan seperti ini, dibutuhkan beberapa peralatan pendukung seperti filter ND (neutral density) dan tripod.
Jika kita berhasil menangkapnya, foto landscape kita akan terasa “otherworld” dengan mood yang sangat kuat.
Kalau ada yang bilang, “ah itu kan bukan kayak aslinya”
Lah, memangnya siapa yang lagi motret dokumentasi? :p

Tangkap gerakan ombak. Speed 1 sec.
Tangkap gerakan awan..
Air terjun juga bisa…
Alusss…. :)

8. Bekerja sama dengan cuaca


Pantai Rancabuaya, Garut.

Cuaca tidak dapat kita prediksi. Kita cuma bisa menunggu waktu yang tepat untuk memotret.
Kebanyakan pemula berfikir foto landscape yang bagus adalah pada saat hari yang cerah.
Ini tidak sepenuhnya salah, disini sudah dijelaskan jenis – jenis fotografi landscape. Foto yang diambil saat hari cerah sudah biasa dan biasa dijadikan foto ‘kalender’ atau ‘postcard’.
Jika kita ingin foto landscape yang sedikit berbeda, memotretlah pada saat cuaca yang tidak biasa.
Misalnya saat terjadi badai, mendung, sehabis hujan, langit gelap dengan sedikit sinar matahari, dan kondisi “extrem” lainnya.
Foto anda akan lebih berkarakter, karena kejadian yang anda foto barusan tidak akan terulang lagi… :D

9. Golden hour & Blue Hour

Cahaya dari samping akan menunjukan sebuah dimensi dan tekstur yang kuat untuk sebuah objek.
Dalam fotografi landscape, cahaya dari samping muncul saat pagi hari dan sore hari. Pada waktu ini, warna – warni terlihat sangat bagus dan landscape terlihat sangat hidup.
Setelah golden hour (sore), jangan bereskan kamera dulu. Tunggulah setelah matahari terbenam. Sebelum gelap warna langit akan biru pekat, yang tidak kalah indah.

Blue hour, after sunset.
Golden hour…before sunset

10. Garis dan bentuk

Bermainlah dengan komposisi. Garis dapat menjadi focal point yang sangat kuat karena membantu mata kita menelusuri foto landscape kita.
Garis dapat memberikan kedalaman ruang yang luar biasa, perspective yang berbeda. Temukan garis dalam foto anda dan jadikan itu kekuatan yang hebat!

Leading lines.

13. Shoot in bad light

Terkadang memang kita kurang beruntung. Tapi, cobalah tetap memotret.
Cuaca yang buruk terkadang memberikan mood yang berbeda. Juga foto kita menjadi lain dari yang lain.

Kalau memang kurang bagus warnanya, bisa dicoba dengan hitam-putih.
Cuaca ‘galau’ memberikan mood yang berbeda

11. Ganti perspective

Eksplorasi.
Jangan hanya terpaku pada satu titik. Temukan view yang berbeda, coba view sejajar dengan tanah, atau naik ke atas pohon.
Biarkan imajinasi anda mengalir dan mencari view yang sesuai dengan visualisasi dan imajinasi anda.

12. Ambil detail dari landscape

Landscape tidak hanya wide-angle.
Lensa apa saja bisa untuk motret landscape. Mulai dari fish-eye hingga super telephoto.

Dengan focal length 85mm
Dengan lensa 200mm…
..atau pake fish-eye :) 

13. Gunakan Filter

Filter wajib yang seharusnya dipakai para landscaper adalah Gradual ND dan Polarizer.
Gradual ND untuk mengontrol exposure langit yang terlalu berlebih dibanding daratan. Bentuknya hitam di atas dan transparan dibawah.
Sedangkan Polarizer berguna untuk menghilangkan refleksi cahaya matahari pada benda. Seperti pada bebatuan yang terkena air. Juga bisa membuat langit menjadi lebih biru.

Foto dengan gradual ND (kiri) dan tanpa gradual ND (kanan)
Perhatikan langit yang biru pekat, ini adalah efek circular polarizer (CPL). Hati-hati jika menggunakan di lensa ultrawide seperti di atas. Karena efek CPL hanya ada pada 90 derajat dari matahari. Langitnya menjadi (agak) tidak natural.

 14. Gunakan Teknik HDR (High dynamic range)

Jika penggunaan filter tidak memungkinkan, teknik HDR bisa digunakan.
Caranya adalah mengambil beberapa foto dengan range exposure berbeda, kemudian menggabungkannya.
Bisa dengan manual blending atau menggunakan software seperti photomatix atau photoshop.
Jangan terlalu lebay saat memproses foto HDR. Gunakan agar foto terlihat natural, bukan seperti kartun tiga dimensi.

Contoh foto HDR

15. Mari motret terus!

Kalau sudah membaca semua tips diatas, ayok keluarlah motret landscape. Coba, kapan terakhir kali anda keluar menikmati sunrise/sunset?
Jangan lupa juga latihan motret landscape yah :)
http://www.wiranurmansyah.com

No comments:

Post a Comment